Setiap tahun, lembaga pemeringkat internasional QS (Quacquarelli Symonds) merilis daftar peringkat universitas terbaik dunia melalui publikasi QS World University Rankings (QS WUR). Peringkat ini menjadi salah satu tolok ukur paling bergengsi dalam dunia pendidikan tinggi global, yang memengaruhi reputasi akademik, strategi pengembangan kampus, hingga keputusan calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi.
Tahun 2026 menjadi momen penting bagi pendidikan tinggi Indonesia. Untuk pertama kalinya, Universitas Indonesia (UI) berhasil menembus peringkat 200 besar dunia, tepatnya di posisi #189, sebuah lompatan signifikan dari tahun sebelumnya (#206). Selain UI, sembilan universitas lainnya juga masuk dalam daftar 1000 besar dunia, mencerminkan kemajuan sistem pendidikan tinggi nasional dalam berbagai aspek, mulai dari riset hingga daya saing lulusan.
Namun, di balik peringkat yang terlihat sederhana, terdapat sistem penilaian statistik yang kompleks. Masing-masing indikator memiliki bobot, metode pengukuran, dan implikasi yang penting untuk dianalisis. Oleh karena itu, artikel ini hadir untuk membedah lebih dalam bagaimana QS WUR menilai universitas-universitas terbaik, terutama dari Indonesia, serta bagaimana statistik tersebut dapat dimaknai dan dijadikan dasar pengembangan ke depan.
1. Metodologi Pemeringkatan QS WUR
QS World University Rankings 2026 menggunakan 9 indikator utama dalam menyusun peringkat perguruan tinggi dunia. Masing-masing indikator dirancang untuk mencerminkan aspek-aspek penting dari kualitas pendidikan, penelitian, dan dampak global sebuah universitas. Berikut penjelasan setiap indikator dan bobotnya dalam sistem QS 2026:
-
Academic Reputation (30%)
Indikator ini mengukur bagaimana persepsi akademisi global terhadap kualitas pengajaran dan riset di suatu universitas. QS mengumpulkan data dari survei terhadap lebih dari 150.000 akademisi di seluruh dunia. Ini adalah indikator dengan bobot terbesar karena dianggap mencerminkan reputasi intelektual institusi dalam skala internasional. -
Employer Reputation (15%)
Mengukur persepsi kalangan industri dan profesional terhadap kualitas lulusan dari universitas tersebut. QS mengumpulkan data dari lebih 100.000 responden yang berasal dari dunia kerja, termasuk CEO, HRD, dan pemilik perusahaan. Ini menunjukkan seberapa baik lulusan universitas diterima dan dihargai di pasar kerja global. -
Citations per Faculty (20%)
Indikator ini mengevaluasi dampak riset universitas berdasarkan jumlah sitasi per fakultas. QS menggunakan data publikasi dari Scopus, lalu membaginya dengan jumlah staf akademik, untuk menilai produktivitas dan pengaruh ilmiah institusi. -
Faculty/Student Ratio (10%)
Mengukur jumlah dosen dibandingkan dengan jumlah mahasiswa. Semakin kecil rasio ini, biasanya menandakan kualitas pengajaran lebih baik karena mahasiswa mendapat perhatian lebih besar dari staf pengajar. Meskipun bukan jaminan, rasio ini dianggap sebagai proksi untuk pengalaman belajar mahasiswa. -
International Faculty Ratio (5%)
Indikator ini mencerminkan proporsi staf pengajar internasional di universitas. Semakin tinggi nilainya, semakin global dan beragam lingkungan akademik institusi tersebut. -
International Student Ratio (5%)
Mengukur persentase mahasiswa internasional yang kuliah di universitas tersebut. Ini menunjukkan daya tarik institusi di kancah global dan seberapa inklusif serta terbuka lingkungan akademiknya. -
International Research Network (IRN) (5%)
IRN adalah indikator baru yang menilai kolaborasi riset internasional universitas. QS menghitung berapa banyak jaringan mitra penelitian yang bekerja sama dengan universitas dari berbagai negara. Ini merefleksikan tingkat konektivitas global dalam hal riset ilmiah. -
Employment Outcomes (5%)
Mengukur kinerja lulusan di dunia kerja berdasarkan data ketenagakerjaan, prestasi karier, dan dampak sosial. Indikator ini mencerminkan efektivitas universitas dalam menyiapkan mahasiswa untuk sukses di luar kampus. -
Sustainability (5%)
Indikator ini menilai komitmen universitas terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), keberlanjutan lingkungan, inklusivitas sosial, dan tata kelola institusi yang bertanggung jawab. Ini adalah indikator terbaru yang menunjukkan bahwa pemeringkatan kini mulai memperhitungkan peran kampus dalam mengatasi tantangan global.
Dengan sembilan indikator ini, QS membangun skor komposit yang menjadi dasar pemeringkatan akhir. Masing-masing universitas memiliki kekuatan dan kelemahan pada indikator tertentu, dan pemahaman mendalam terhadap komposisi skor ini memungkinkan kita melihat bukan hanya siapa yang “terbaik”, tapi mengapa mereka unggul—secara statistik.
2. Statistik Lengkap 10 Universitas Indonesia 2026
University | Rank | Previous Rank | Overall | Academic Reputation | Employer Reputation | Citations per Faculty | Faculty Student | International Faculty | International Students | International Research Network | Employment Outcomes | Sustainability |
UNIVERSITAS INDONESIA | 189 | 206 | 57.0 | 69.9 | 89.3 | 3.9 | 68.8 | 86.6 | 16.3 | 59.6 | 87.2 | 60.9 |
Universitas Gadjah Mada | 224 | 239 | 53.5 | 70.2 | 84.7 | 3.0 | 65.4 | 63.0 | 14.6 | 46.3 | 75.9 | 66.0 |
Bandung Institute of Technology (ITB) | 255 | 256 | 49.9 | 58.5 | 85.3 | 5.4 | 54.7 | 94.7 | 13.7 | 39.8 | 68.6 | 59.2 |
Universitas Airlangga | 287 | 308 | 46.8 | 52.2 | 88.3 | 2.5 | 69.6 | 77.3 | 16.7 | 52.9 | 24.0 | 56.6 |
IPB University (aka Bogor Agricultural University) | 399 | 426 | 37.6 | 35.1 | 56.0 | 3.0 | 82.9 | 73.7 | 10.8 | 26.2 | 45.3 | 63.2 |
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) | 509 | 585 | 31.9 | 27.4 | 60.2 | 2.7 | 62.1 | 69.6 | 17.9 | 27.6 | 17.0 | 52.5 |
Universitas Padjadjaran (UNPAD) | 515 | 596 | 31.5 | 29.9 | 51.7 | 2.2 | 55.9 | 54.3 | 9.4 | 31.8 | 45.4 | 59.7 |
Diponegoro University | 624 | 721-730 | 27.5 | 30.0 | 53.2 | 2.3 | 30.5 | 46.4 | 12.0 | 35.5 | 24.2 | 51.0 |
University of Brawijaya | 680 | 801-850 | 25.9 | 30.1 | 55.3 | 1.9 | 20.4 | 35.9 | 6.9 | 27.3 | 29.1 | 53.3 |
BINUS UNIVERSITY (Bina Nusantara University) | 851-900 | 951-1000 | 20.1 | 33.3 | 4.3 | 28.5 | 51.5 | 13.5 | 14.4 | 20.6 | 41.1 |
Berdasarkan data QS WUR 2026, berikut adalah daftar 10 universitas terbaik di Indonesia lengkap dengan peringkat dunia, peringkat tahun sebelumnya, serta skor keseluruhan dan skor setiap indikator utama:
-
Universitas Indonesia (UI)
-
Peringkat Dunia: 189
-
Peringkat Tahun Sebelumnya: 206
-
Skor Total: 57.0
-
Skor Tertinggi: Employer Reputation (89.3), International Faculty (86.6), Employment Outcomes (87.2)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (3.9)
-
-
Universitas Gadjah Mada (UGM)
-
Peringkat Dunia: 224
-
Skor Total: 53.5
-
Skor Tertinggi: Employer Reputation (84.7), Academic Reputation (70.2)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (3.0)
-
-
Institut Teknologi Bandung (ITB)
-
Peringkat Dunia: 255
-
Skor Total: 49.9
-
Skor Tertinggi: Employer Reputation (85.3), International Faculty (94.7)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (5.4)
-
-
Universitas Airlangga (UNAIR)
-
Peringkat Dunia: 287
-
Skor Total: 46.8
-
Skor Tertinggi: Employer Reputation (88.3), Faculty/Student (69.6)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (2.5)
-
-
IPB University
-
Peringkat Dunia: 399
-
Skor Total: 37.6
-
Skor Tertinggi: Faculty/Student (82.9), Sustainability (63.2)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (3.0)
-
-
ITS Surabaya (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-
Peringkat Dunia: 509
-
Skor Total: 31.9
-
Skor Tertinggi: International Faculty (91.6), Faculty/Student (84.7)
-
Skor Terendah: Employment Outcomes (17.0)
-
-
Universitas Padjadjaran (UNPAD)
-
Peringkat Dunia: 515
-
Skor Total: 31.5
-
Skor Tertinggi: Faculty/Student (81.6), Sustainability (59.7)
-
Skor Terendah: International Students (9.4)
-
-
Universitas Diponegoro (UNDIP)
-
Peringkat Dunia: 624
-
Skor Total: 27.5
-
Skor Tertinggi: Faculty/Student (75.9)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (1.7)
-
-
Universitas Brawijaya (UB)
-
Peringkat Dunia: 680
-
Skor Total: 25.9
-
Skor Tertinggi: Faculty/Student (78.5)
-
Skor Terendah: International Students (6.9)
-
-
BINUS University
-
Peringkat Dunia: 851–900
-
Skor Total: Tidak tersedia (–)
-
Skor Tertinggi: Academic Reputation (39.5)
-
Skor Terendah: Citations per Faculty (1.4)
-
Data ini menunjukkan bahwa reputasi akademik dan reputasi lulusan masih menjadi kekuatan utama universitas-universitas besar di Indonesia, khususnya UI, UGM, dan ITB. Namun, banyak universitas yang memiliki skor sangat rendah pada indikator Citations per Faculty, yang menunjukkan tantangan besar dalam produktivitas dan pengaruh riset secara global.
3. Analisis Perbandingan Indikator Antar Universitas
Jika kita amati secara statistik, beberapa temuan penting muncul:
-
Academic vs Employer Reputation: Meskipun Academic Reputation tinggi pada hampir semua universitas papan atas, skor Employer Reputation cenderung lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa lulusan Indonesia dianggap sangat siap kerja oleh industri, meskipun risetnya belum sepenuhnya diakui secara global.
-
Citations per Faculty Sangat Rendah: Ini adalah indikator dengan skor rata-rata terendah hampir di semua universitas Indonesia. Bahkan universitas dengan reputasi baik seperti UI, UGM, dan UNAIR hanya memiliki skor antara 2.5 hingga 5.4. Ini menunjukkan perlunya reformasi besar dalam sistem riset, termasuk dorongan publikasi internasional dan kolaborasi global.
-
Faculty/Student Ratio cukup tinggi: IPB, ITS, dan UNPAD menunjukkan skor sangat tinggi (di atas 80) dalam rasio dosen terhadap mahasiswa. Namun, skor ini tidak selalu berbanding lurus dengan peringkat keseluruhan, menandakan bahwa indikator lain memiliki pengaruh lebih besar secara global.
-
Internationalization (Faculty & Student): ITB dan ITS menunjukkan komitmen besar pada internasionalisasi fakultas, dengan skor lebih dari 90 untuk International Faculty. Namun skor International Students masih rendah (rata-rata di bawah 20), menunjukkan bahwa kampus Indonesia belum menjadi tujuan populer bagi mahasiswa global.
-
Sustainability mulai diperhitungkan: Meskipun indikator baru, skor sustainability cukup beragam. UGM dan IPB unggul di sini, mengindikasikan bahwa perhatian terhadap isu lingkungan dan SDGs mulai menjadi faktor daya saing.
4. Visualisasi dan Korelasi Statistik Antar Indikator
Untuk membantu memahami kompleksitas sistem pemeringkatan QS WUR, kita bisa melihat dua visualisasi penting:
A. Komposisi Bobot Indikator QS 2026

Grafik lingkaran (pie chart) menunjukkan bahwa lebih dari setengah skor universitas ditentukan oleh reputasi: 30% dari reputasi akademik dan 15% dari reputasi lulusan. Ini memperkuat pentingnya branding universitas secara internasional.
Indikator berbasis data kuantitatif seperti sitasi (20%), rasio dosen-mahasiswa (10%), serta berbagai metrik internasional dan keberlanjutan, masing-masing menyumbang proporsi yang lebih kecil. Ini berarti meskipun skor-skor numerik penting, mereka tidak akan cukup untuk mendongkrak peringkat global tanpa adanya persepsi positif dari komunitas global.
B. Perbandingan Skor Indikator 5 Besar Universitas Indonesia

Grafik batang menampilkan perbandingan antar indikator utama di 5 universitas teratas: UI, UGM, ITB, UNAIR, dan IPB. Beberapa insight penting:
-
UI unggul dalam Employer Reputation dan Employment Outcomes, menunjukkan kekuatan lulusannya di pasar kerja.
-
UGM dan ITB bersaing ketat dalam reputasi akademik dan lulusan, tetapi keduanya masih lemah dalam sitasi.
-
IPB mencetak skor tertinggi pada Faculty Student Ratio, menandakan lingkungan belajar yang lebih intim.
-
UNAIR terlihat seimbang namun memiliki kelemahan mencolok di Citations per Faculty.
Visualisasi ini memperlihatkan ketimpangan skor yang cukup tajam, terutama antara reputasi dan produktivitas riset ilmiah. Banyak universitas Indonesia memiliki nama besar di mata industri, namun belum mampu menembus peta riset global.
5. Interpretasi dan Implikasi Statistik bagi Pendidikan Tinggi Indonesia
Dari analisis data QS WUR 2026 untuk 10 universitas terbaik Indonesia, kita bisa menarik beberapa interpretasi penting yang relevan secara kebijakan maupun strategis:
A. Ketimpangan antara Reputasi dan Produktivitas Ilmiah
Universitas seperti UI, UGM, dan ITB memiliki skor reputasi yang tinggi, baik di mata akademisi maupun industri. Namun, skor Citations per Faculty sangat rendah, bahkan lebih kecil dibanding universitas di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Artinya, reputasi Indonesia belum didukung oleh produktivitas riset yang kuat secara global.
Implikasinya, Indonesia perlu mendorong:
-
Internasionalisasi publikasi, bukan hanya di jurnal nasional.
-
Kolaborasi lintas negara, untuk memperluas jejaring dan meningkatkan International Research Network.
-
Reformasi insentif riset, agar dosen tidak hanya mengejar jabatan fungsional, tapi juga dampak ilmiah.
B. Ketergantungan pada Input Kualitatif
Sebagian besar skor masih ditentukan oleh survei reputasi (45% total skor), yang artinya faktor persepsi lebih dominan daripada indikator kuantitatif seperti sitasi atau rasio dosen. Kampus perlu mulai berinvestasi pada branding global, seperti partisipasi di konferensi internasional, jejaring alumni global, dan publikasi populer berbahasa Inggris.
C. Isu Pemerataan dan Internasionalisasi
Hanya 10 universitas Indonesia yang berhasil masuk 1000 besar, padahal jumlah PTN/PTS sangat banyak. Hampir semua berasal dari Pulau Jawa. Skor International Students pun rata-rata di bawah 20, menandakan bahwa universitas kita belum cukup menarik bagi mahasiswa asing. Jika pemerintah ingin menjadikan pendidikan sebagai sektor ekspor seperti Malaysia, maka perlu reformasi dalam sistem visa, infrastruktur, dan pengajaran berbahasa Inggris.
D. Sustainability dan Masa Depan Pemeringkatan
QS WUR mulai memberi ruang bagi keberlanjutan (sustainability) sebesar 5%. Ini sinyal bahwa peran sosial dan lingkungan universitas akan makin penting. IPB dan UGM menunjukkan performa bagus di sini, yang bisa jadi titik awal menjadikan kampus sebagai agen perubahan sosial-ekologis, bukan hanya penghasil lulusan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tahun 2026 menjadi penanda kemajuan signifikan pendidikan tinggi Indonesia di panggung global. UI tembus 200 besar, dan kampus-kampus lain menunjukkan tren positif. Namun, di balik angka ini terdapat tantangan struktural yang masih besar: produktivitas riset yang rendah, dominasi persepsi reputasi, kurangnya mahasiswa asing, dan kebutuhan akan sistem riset yang lebih berorientasi global.
Secara statistik, ketimpangan antara kekuatan reputasi dan lemahnya sitasi serta jejaring internasional menjadi PR utama. Pemerintah, kampus, dan pemangku kebijakan perlu menjadikan data ini sebagai landasan untuk:
-
Mengembangkan ekosistem riset yang berdampak internasional.
-
Menata ulang kebijakan insentif dosen, bukan hanya dari segi administratif tetapi juga output ilmiah.
-
Mendorong kolaborasi global dan program studi internasional.
-
Membangun citra global universitas Indonesia, bukan sekadar nasional.
-
Memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan, sebagai bagian dari nilai kampus modern.
Statistik tidak sekadar mencerminkan peringkat, tetapi memberi kita cermin: di mana kita berada, dan ke mana arah kebijakan pendidikan tinggi nasional harus dituju. Dengan pendekatan berbasis data seperti ini, kita dapat membangun sistem pendidikan tinggi yang kompetitif, berdaya saing global, dan relevan terhadap tantangan zaman.